
HE. Benyamine, kelahiran Martapura Kalimantan Selatan, menamatkan sekolah menengah di SMAN I Rantau, sekarang tinggal di Kota Banjarbaru. Disamping menulis puisi, cerpen juga menulis esai dan artikel yang banyak dimuat baik di media cetak lokal mau pun nasional.
POHON TANPA HUTAN
Kebuasan masih meraja rela
Hukum rimba yang masih ada
Yang lemah yang kalah
Ketidakberdayaan menjiwai pasrah
Hutan belantara yang mana tersisa
Hingga manusia menjadi serigala bagi sesama
Yang kecil yang tersingkir
Kemiskinan mengelilingi yang kikir
Hutan hanyalah kenangan
Pohon tumbuh tanpa hutan
Yang miskin yang bersabar
Kebiadaban tetap subur
Bencana berencana
Melahap semua
Yang dhuafa yang berqurban
Kebodohan yang memisahkan pohon dari hutan
Banjarbaru, 12 Februari 2003
LUBANG TAMBANG
Lubang-lubang raksasa menantang langit
Sembunyikan duka samarkan rasa takut
Hilang sudah keragaman dan kerabat dekat
Dibabat gelombang gemerlap khianat
Lubang hitam terbengkalai
Bergelimpangan dengan perut terburai
Sadis tergambar pembunuhan berantai
Meradang ditusuk bertubi-tubi
Berkubang air mata saat hujan menyapa
Menganga kaku, “Mengapa tidak kau ratakan saja!”
Hanya gemuruh mesin hisap jeritan luka
Kenikmatan laknat melahap bangkai sesama saudara
Banjarbaru, 26 Februari 2009
KEHADIRAN YANG ILAHI
Rasa lapar dahaga
kecupan kekasih hidup
yang mencumbu memberi rindu
raih segera tak berakhir
tertahan penantian tak hilang
Bulan seribu bulan
kemiskinan yang merayu hidup
rasakan lapar dahaga mendarah waktu
sungguh hijab ibadah puasa
rasakan lapar dahaga tiada miskin terasa
Bulan seribu bulan
tiada timbangan perhitungan dagang
rasakan lapar dahaga meraih untung
kalikan pahala mendamba segunung
hingga terlelap membeban raga
Bulan seribu bulan
lapar sesaat, terisi kenyang
dahaga sesaat, setetes merembes sesal
rasakan kehadiran Yang Ilahi dahaga hidup
sadar akan selalu berharap keridlaan Allah
Banjarbaru, 11 Agustus 2010 (1 Ramadhan 1431 H)