Selamat Datang di Kawasan Penyair Kota Idaman Terima Kasih Kunjungan Anda

Senin, 13 Oktober 2008

Puisi-puisi Suyetno


LELAKI MALAM SUNYI

I

Kian larut Malam berselimut dingin sunyi memagut

Rembulan bersinar redup malu-malu

membelai pucuk-pucuk cemara

Lelaki paruh baya tetap terpaku menatap lurus ke ujung danau

Tetes-tetes embun sudah singgah di rambut

yang berhiaskan uban

Dalam kesendirian menikmati malam

yang sudah beranjak pagi

Sesekali ia sapu rambutnya yang telah basah

Oleh tetes-tetes embun

yang turun sepanjang malam

Sejenak ia tengadahkan kepala, menatap langit

yang bertabur gemintang dan sederet awan tipis

Sejurus waktu beranjak menyusuri jalan setapak yang masih sunyi

Terputus lamunannya ketika lamat-lamat suara muazin

terdengar di kejauhan memanggil ummatNya yang masih dibuai mimpi

Dahaga rohaninya telah sedikit tersirami

dua rakaat yang ia persembahkan padaNya

Hari terus berganti

ia semakin tenggelam dalam pekatnya malam dan kesunyian

II

Dan suara malam-malam itupun

kembali menari mengiang usap gendang telinga

lelaki sahaya terduduk lesu

di ujung penantian

O, matanya terpejam sesaat

O, matanya terpejam entah berapa saat

Sunyi, sunyi semakin sunyi

Sunyi tak sesunyi gemuruh yang berputar

di telinga dan fikiran tak lagi

bisa disebut putih

Ia semakin dalam dan tenggelam

dan tenggelam semakin dalam

Sedetik membuka kelopak matanya

menatap sunyinya malam

Sebersit senyum tersungging di bibirnya

mengering

Sejenak hilang beban di wajahnya

Mata cekung itu kembali menutup diam

bersama hembusan angin terakhir.

Banjarbaru, Mei 2006


MALAM BAYANG-BAYANG


Malam.

Sunyi tak terdengar lagi

riuh rendah prahara siang hari.

Hanya nyanyian serangga malam

kerlip bintang bercengkrama riang.

Malam.

Semua yang kutemui dalam siang

hanya bayang-bayang,

hijaunya pepohonan bayang-bayang

hijaunya rerumputan bayang-bayang

hijaunya padi hamparan bayang-bayang

hijaunya biru pegunungan bayang-bayang

manusia-manusia tak terkecuali bayang-bayang

Malam.

Mungkin tetap sebuah bayang.

Bayang menyimpan sejuta misteri dan keindahan.

Dalam kelam dan bayang-bayang,

Kesejukan mengaliri pembuluh darah

yang berpijar

keteduhan menyapa mata yang meradang.

Dalam bayang-bayang malam,

kutemukan kegairahan jiwa yang lelah

lewat bias-bias beningnya embun

lewat desauan angin semilir

lewat gemercik sungai mengalir

syahdu membelah malam.

Banjarbaru, Juli 2006


KABUT MEMBIAS MENEMBUS BATAS


Dingin memagut sepi

Kabut berarak melabrak

Sayap-sayap malam

Pekat menyergap raga-raga lelap

Pekat menyergap dahan-dahan rindang

Pekat menyergap kepak-kepak kelam

Pekat menyergap menelan sendi-sendi malam

Dingin memagut sepi

Memagut apa menembus segala

Tiang-tiang

Dinding-dinding

Kisi-kisi

Bunyi-bunyi

Sunyi-sunyi

Tak ada bidang sebagai batas-batas

.

Banjarbaru, Juli 2006


KABAR RANTING TERBAKAR


hari ini aku menatap langit

yang belum lagi cerah membiru

ingin kulukis sederet awan putih tipis

kuperjelas warna birumu

burung-burung menari riang melayang-layang

tapi

semua kembali sirna

lenyap ditelan asap membubung

gulung menggulung mengisi memenuhi

angkasa raya

tak ada satwa bebas berterbangan

tak ada satwa bebas di rerimbunan

tak ada satwa lelap di peraduan

tak ada satwa yang tak terancam

semua tegak dan siaga

semua berlari selamatkan diri

belantara rindang liar semak belukar

surga kehidupan

musnah

digulung dilumat kobaran sang pemusnah

api namanya

tak ada hutan menghijau

tak ada bukit menghijau

tak ada gunung menghijau

semua menjadi hamparan kecoklatan menghitam

kegersangan melanda

kekeringan merajalela

keheningan menyergap malam

angin kirimkan kabar ranting yang terbakar

satu denyut terputus

Banjarbaru, September 2006


KUMASIH DI SINI


aku masih tatap matamu

di sini

aku masih belai rambutmu

di sini

aku masih genggam jemarimu

di sini

aku masih kecup senyummu

di sini

aku masih peluk tubuhmu

di sini

kumasih di sini

hingga bayangmu memudar

ke pucuk bulan

ke bintang-bintang

ke puncak langit ketujuh

ke hadapan tuhan

Banjarbaru, Juli 2007


KETIKA KATA TAK LAGI BERMAKNA


ada yang tak bisa kusingkap

ketika kata tak lagi punya makna

yang menjadi sebuah harap

yang menjadi sebuah asa

yang menjadi sebuah rasa

yang menjadi sebuah citra

ketika kata mempertanyakan dimana

kan ku singkap sebuah makna

kudapat sekali sebuah tanya tak terjawab

di antara deret kata

yang tak lagi punya makna

yang hanya sia-sia

yang hanya hampa belaka

ahh!

satu satu kurajut kata kata

yang dulu akrab di telinga

perlambang beribu makna

ahh!

lagi lagi

sia sia

Banjarbaru, Maret 2008


SISA-SISA ASA


terik matari tak ada arti

rinai hujan pun takkan juga

dapat berbuat banyak

ketika hati sudah

tak bisa merasa

tak bisa mendengar

tak ada asa

tak ada harap

berharap merasa tetap sebuah harap

berharap mendengar tetap sebuah harap

berharap asa itu ada tetap sebuah harap

kucoba tengadah pandang matari

mencari rinai hujan terakhir

berharap asa itu ada

walau hanya sisa-sisa

Banjarbaru, April 2008


MALAM, KUCARI JAWAB


kudatang pada malam

kupandang kerlip bintang

kuajak berbincang

kuberbincang tentang malam

yang slalu kusimpan tanya

tentang apa

apa apa dan mengapa

kenapa, yang slalu kucari jawab

ada selembar rindu

ada seberkas sepi

ada sebongkah harap

ketika malam kembali menyapa

ketika bintang kembali memandang

aku begitu kecil

aku tak lebih setitik debu

tertiup angin yang membelai malam

aku yang tak mampu

merengkuh sepotong malam

tuk kusimpan dan kusimpan

aku begitu kecil

Banjarbaru, Juni 2008


PANCARAN KESEMPURNAAN


kutermenung memandang bulan

nun jauh di awan

ketika tak hingar bingar kudengar

ketika tak pijar-pijar kemerlap berpendar

ketika sunyi memagut keheningan

kududuk di teras malam

kupandang bulan nun jauh di awan

kupandang matamu Tuhan

begitu indah

begitu anggun

begitu sejuk menusuk kalbu

pancaran sinarmu pancaran ampunan

yang tak berhingga

yang tak pilih siapa

o…damai yang sempurna

takkan pernah terserupa

meski lewat pijar-pijar kemerlap

yang di satu waktu selalu lenyap

pancarMu teramat sempurna dan abadi

Banjarbaru, Juni 2008

Tidak ada komentar: