Lahir di Yogyakarta, 8 Juni 1980. Berangkat berkesenian sejak 1990 di teater tradisi B2S. Dimasa SLTP pernah ketua Forum Komunikasi Teater SLTP se Kabupaten Bantul. Mahasiswa ISI Yogyakarta jurusan penciptaan Seni Tari. Menulis sajak sejak awal tahun 2005. Kumpulan puisi tunggalnya “ Kumpulan Sajak Buat yang Tercinta “ dan banyak kumpulan puisi bersama antara lain “ Dimensi “,“ Taman Banjarbaru “ Bersama rekan - rekannya mendirikan sebuah buletin “ waTas “ pertengahan tahun 2007, yang memuat warta sastra. Sejak berdomisili di Banjarbaru selalu bergiat pementasan Teater dan menyelenggarakan Lomba Baca Puisi baik tingkat
Aku Berdiri Di Antara Butiran Cinta
aku berdiri di antara butiran cinta
yang meluap sampai dinding peraduan
aku tak lagi punya tawa
seperti gadis pemintal benang emas kerajaan firaun
aku hanya mampu menengok ke belakang, lalu
melalap genangan waktu yang tak pernah berakhir
dari hadirnya
aku berdiri di antara butiran cinta
yang meluap sampai dinding peraduan
hingga kapal besarku tak mampu,
membawaku ke tepi sunyi di bawah atap tuhan
aku berdiri di antara butiran cinta
yang meluap sampai dinding peraduan
lalu,
aku hanya mampu mengaum seperti singa lapar
tanpa batas waktu pada pusaran angan
hingga malampun tak sudi singgah seperti kemarin
saat bintang berkedip di cakrawala
aku berdiri di antara butiran cinta
yang meluap sampai dinding peraduan
hingga pohon rindang mulai runtuh
tanpa teduh siang hari bersama lumpur
dan,
kerikil tajam percintaan
aku berdiri di antara butiran cinta
yang meluap sampai dinding peraduan
lalu,
tak sanggup rasakan panah-panah meluncur tanpa peduli
mengais, mengoyak kain putik di jasadku
yang mulai berbah warna
kaki langit 190305/130605 ( dari : Dimensi,KSSB,2005 )
Yang
Jari-jemariku menangis terkais di antara belitan desis
nafasku terkoyak di antara lebat daun kosong
ketika mereka menimang buah zakar pedih
dan melumat dahan rindang kerinduan saat gerimis jatuh
kecil – kecil
kala itu
perjaka malam hampir habis seiring melodi satriani
pada bait terakhir
yang lamat – lamat tergusur desah titisan anak bajang
kelaparan
saat roda waktu telah mendekati subuh
percintaan belum usai kataku
masih ada sisa waktu untuk mendesah di antara desah lain
karena esok hari tak lagi mampu bertegur sapa
seiringmaut yang telah mermbuka kancing bajunya
pada siapa kamu akan pergi
ketika irama merdu nafsu itu datang di antara tangismu
yang mencoba mengais kerinduan yang telah usai bermain
lau tanpa ada ceceran senyum manis yang tertinggal
di antaranya
mampukah sujudmu membawa khayalmu
kembali menyisir tempo hari
ketika rindu – rindu masih tergantung pada lemari imajimu
yang setiap saat menjadi ramuan paling berharga bagimu
atau,
ini hari trakhirmu melumat rajutan benang kusam itu
untuk kesekian kalinya, dan
kau lari pada tiang gantungan nenek moyangmu yang selalu
tersenyum
pada mimpi – mimpimu tempo hari
kaki langit 19 Maret 2005 ( dari : Dimensi,KSSB,2005 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar