Selamat Datang di Kawasan Penyair Kota Idaman Terima Kasih Kunjungan Anda

Sabtu, 28 Juni 2008

Isuur Loeweng


Lahir di Yogyakarta, 8 Juni 1980. Berangkat berkesenian sejak 1990 di teater tradisi B2S. Dimasa SLTP pernah ketua Forum Komunikasi Teater SLTP se Kabupaten Bantul. Mahasiswa ISI Yogyakarta jurusan penciptaan Seni Tari. Menulis sajak sejak awal tahun 2005. Kumpulan puisi tunggalnya “ Kumpulan Sajak Buat yang Tercinta “ dan banyak kumpulan puisi bersama antara lain “ Dimensi “,“ Taman Banjarbaru “ Bersama rekan - rekannya mendirikan sebuah buletin “ waTas “ pertengahan tahun 2007, yang memuat warta sastra. Sejak berdomisili di Banjarbaru selalu bergiat pementasan Teater dan menyelenggarakan Lomba Baca Puisi baik tingkat Kota mau pun Provinsi.

Aku Berdiri Di Antara Butiran Cinta

aku berdiri di antara butiran cinta

yang meluap sampai dinding peraduan

aku tak lagi punya tawa

seperti gadis pemintal benang emas kerajaan firaun

aku hanya mampu menengok ke belakang, lalu

melalap genangan waktu yang tak pernah berakhir

dari hadirnya

aku berdiri di antara butiran cinta

yang meluap sampai dinding peraduan

hingga kapal besarku tak mampu,

membawaku ke tepi sunyi di bawah atap tuhan

aku berdiri di antara butiran cinta

yang meluap sampai dinding peraduan

lalu,

aku hanya mampu mengaum seperti singa lapar

tanpa batas waktu pada pusaran angan

hingga malampun tak sudi singgah seperti kemarin

saat bintang berkedip di cakrawala

aku berdiri di antara butiran cinta

yang meluap sampai dinding peraduan

hingga pohon rindang mulai runtuh

tanpa teduh siang hari bersama lumpur

dan,

kerikil tajam percintaan

aku berdiri di antara butiran cinta

yang meluap sampai dinding peraduan

lalu,

tak sanggup rasakan panah-panah meluncur tanpa peduli

mengais, mengoyak kain putik di jasadku

yang mulai berbah warna

kaki langit 190305/130605 ( dari : Dimensi,KSSB,2005 )

Yang Ada Di Antara Mimpi

Jari-jemariku menangis terkais di antara belitan desis

nafasku terkoyak di antara lebat daun kosong

ketika mereka menimang buah zakar pedih

dan melumat dahan rindang kerinduan saat gerimis jatuh

kecil – kecil

kala itu

perjaka malam hampir habis seiring melodi satriani

pada bait terakhir

yang lamat – lamat tergusur desah titisan anak bajang

kelaparan

saat roda waktu telah mendekati subuh

percintaan belum usai kataku

masih ada sisa waktu untuk mendesah di antara desah lain

karena esok hari tak lagi mampu bertegur sapa

seiringmaut yang telah mermbuka kancing bajunya

pada siapa kamu akan pergi

ketika irama merdu nafsu itu datang di antara tangismu

yang mencoba mengais kerinduan yang telah usai bermain

lau tanpa ada ceceran senyum manis yang tertinggal

di antaranya

mampukah sujudmu membawa khayalmu

kembali menyisir tempo hari

ketika rindu – rindu masih tergantung pada lemari imajimu

yang setiap saat menjadi ramuan paling berharga bagimu

atau,

ini hari trakhirmu melumat rajutan benang kusam itu

untuk kesekian kalinya, dan

kau lari pada tiang gantungan nenek moyangmu yang selalu

tersenyum

pada mimpi – mimpimu tempo hari

kaki langit 19 Maret 2005 ( dari : Dimensi,KSSB,2005 )

Tidak ada komentar: